Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten dan Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi di mana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.
Fakta Sejarah Asal Usul Bahasa-Basa Sunda dan Perkembangannya, Bahasa Sunda merupakan bahasa yang diciptakan dan digunakan oleh orang Sunda dalam berbagai keperluan komunikasi kehidupan mereka. Tidak diketahui kapan bahasa ini lahir, tetapi dari bukti tertulis yang merupakan keterangan tertua, berbentuk prasasti berasal dari abad ke-14.
Prasasti dimaksud di temukan di Kawali Ciamis, dan ditulis pada batu alam dengan menggunakan aksara dan Bahasa Sunda (kuno). Diperkirakan prasasti ini ada beberapa buah dan dibuat pada masa pemerintahan Prabu Niskala Wastukancana (1397-1475).
Salah satu teks prasasti tersebut berbunyi "Nihan tapak walar nu siya mulia, tapak inya Prabu Raja Wastu mangadeg di Kuta Kawali, nu mahayuna kadatuan Surawisesa, nu marigi sakuliling dayeuh, nu najur sakala dأesa. Ayama nu pandeuri pakena gawe rahayu pakeun heubeul jaya dina buana" (inilah peninggalan mulia, sungguh peninggalan Eyang Prabu Adipati Wastukentjana yang bertakhta di Kota Kawali, yang memperindah keraton Surawisesa, yang membuat parit pertahanan sekeliling ibukota, yang menyejahterakan seluruh negeri. Semoga ada yang datang kemudian membiasakan diri berbuat kebajikan agar lama berjaya di dunia).
Dapat dipastikan bahwa Bahasa Sunda telah digunakan secara lisan oleh masyarakat Sunda jauh sebelum masa itu. Mungkin sekali Bahasa Kwâeun Lun yang disebut oleh Berita Cina dan digunakan sebagai bahasa percakapan di wilayah Nusantara sebelum abad ke-10 pada masyarakat Jawa Barat kiranya adalah Bahasa Sunda (kuno), walaupun tidak diketahui wujudnya.
Bukti penggunaan Bahasa Sunda (kuno) secara tertulis, banyak dijumpai lebih luas dalam bentuk naskah, yang ditulis pada daun (lontar, enau, kelapa, nipah) yang berasal dari zaman abad ke-15 sampai dengan 180. Karena lebih mudah cara menulisnya, maka naskah lebih panjang dari pada prasasti. Sehingga perbendaharaan katanya lebih banyak dan struktur bahasanya pun lebih jelas.
Contoh bahasa Sunda yang ditulis pada naskah adalah sebagai berikut:
- Berbentuk prosa pada Kropak 630 berjudul Sanghyang Siksa Kandang Karesian (1518) “Jaga rang hأ©أ©s tamba tunduh, nginum twak tamba hanaang, nyatu tamba ponyo, ulah urang kajongjonan. Yatnakeun maring ku hanteu†(Hendaknya kita tidur sekedar penghilang kantuk, minum tuak sekedar penghilang haus, makan sekedar penghilang lapar, janganlah berlebih-lebihan. Ingatlah bila suatu saat kita tidak memiliki apa-apa!)
- Berbentuk puisi pada Kropak 408 berjudul Sأ©waka Darma (abad ke-16) “Ini kawih panyaraman, pikawiheun ubar keueung, ngaranna pangwereg darma, ngawangun rasa sorangan, awakaneun sang sisya, nu huning Sأ©waka Darma†(Inilah Kidung nasihat, untuk dikawihkan sebagai obat rasa takut, namanya penggerak darma, untuk membangun rasa pribadi, untuk diamalkan sang siswa, yang paham Sewaka Darma).
Susunan Aksara Sunda
Aksara Sunda diwangun ku sababaraha komponén, diantarana:- aksara ngalagena
- vokal mandiri
- aksara swara
- tanda baca
- angka
Aksara Swara
Aksara Ngalagena

Rarangkén
Dumasar kana patempatanana, 14 rarangkén dibagi jadi:- rarangkén luhur = 5 rupa
- rarangkén handap = 2 rupa
- rarangkén sajajar = 6 rupa
a. Rarangkén di atas huruf
b. Rarangkén di bawah huruf
c. Rarangkén sejajar huruf
Dalam teks, angka diapit oleh dua tanda pipa | ... |.
Contoh: |

| = 240
Éngkang-éngkang, éngkang-éngkang,
Sok luluncatan di cai,
Ari bangun arék sarupa jeung lancah.
![]() | panghulu, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [i]. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | pamepet, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ə]. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | paneuleung, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɤ]. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | panglayar, menambah konsonan [r] pada akhir suku kata. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | panyecek, menambah konsonan [ŋ] pada akhir suku kata. Contoh: ![]() ![]() |
b. Rarangkén di bawah huruf
![]() | panyuku, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [u]. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | panyakra, menambah konsonan [r] di tengah suku kata. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | panyiku, menambah konsonan [l] di akhir suku kata. Contoh: ![]() ![]() |
c. Rarangkén sejajar huruf
![]() | panéléng, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɛ]. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | panolong, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɔ]. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | pamingkal, menambah konsonan [j] di tengah suku kata. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | pangwisad, menambah konsonan [h] di akhir suku kata. Contoh: ![]() ![]() |
![]() | patén atau pamaéh, meniadakan vokal pada suku kata. Contoh: ![]() |
Angka
![]() | ![]() |
![]() | ![]() |
![]() | ![]() |
![]() | ![]() |
![]() | ![]() |
Contoh: |



Ladrang
Aya hiji rupa sato leutik,Éngkang-éngkang, éngkang-éngkang,
Sok luluncatan di cai,
Ari bangun arék sarupa jeung lancah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar